19 April 2010

Antisipasi dari Gangguan Stress

1. Kenali Diri Sendiri agar Anda tahu Apa Saja Hal yang Bisa Membuat Stress
Misal, di tegur dosen bikin mood anda terganggu ; udara panas, tugas menumpuk, dan sebagainya. Dengan mengetahuinya anda bisa mengatur bagaimana memenej diri menjadi lebih baik agar tak ditegur dosen, atau mengatur tugas agar tak menumpuk.

2. Irama Hidup Teratur
Buatlah rencana harian, mingguan maupun bulanan, dan cobalah konsisten dengan rencana itu agar apa yang anda inginkan bisa terwujud.

3. Menghindari Spekulasi
Namanya spekulasi, risikonya juga tinggi dengan hasil bisa positif tapi juga negatif. bila anda termasuk orang yang sulit menerima hasil negatif, janganlah berspekulasi. lakukan saja hal yang pasti hasilnya. hiduppun bisa tenang tak deg - degan.

4. Mulailah Hidup Sehat
Hidup sehat berarti menghidari pemicu gangguan seperti makanan yang berlemak, junk food, rokok, begadang, minum minuman keras, dan sebagainya. gaya hidup tak sehat membuat tubuh renta bila terkena stress.

5. Olahraga Teratur
Olahraga akan melancarkan peredaran darah sehingga anda pun menjadi lebih segar dan sehat, dan nutrisi yang anda konsumsi mengalir kedalam tubuh lebih baik.

6. Pendekatan Spiritual kepada Tuhan YME
Pasrah dan berserah diri kepada tuhan YME akan membuat anda lebih menerima sekaligus enjoy menghadapi hidup.

Sumber Majalah Kartini
12 - 26 Juni 2008

15 April 2010

5 Makanan untuk Tingkatkan Daya Ingat

Daya ingat yang baik sangat di perlukan untuk menunjang aktivitas sehari - hari. coba bayangkan bagaimana aktivitas akan berjalan lancar jika selalu lupa apa yang harus di kerjakan. dalam proses belajar pun, daya ingat yang tajam sangat dibutuhkan. itulah sebabnya anda mesti ikhtiar meningkatkan daya ingat. setidaknya ada 5 makanan yang bisa membantu anda, antara lain :

1. Telur
kuning telur mengandung kolin , suatu zat yang dapat membantu perkembangan memori atau daya ingat. satu hari satu telur dirasa cukup. pun harganya terjangkau, jadi dimungkinkan bisa memenuhi kebutuhan itu.

2. Sayuran Berwarna
Wortel, Tomat, dan Ubi Jalar merah adalah sayuran kaya nutrisi dan sumber antioksidan yang bisa membantu sel - sel otak menjadi kuat dan sehat. dengan begitu, kemampuan otak mengingat pun jadi prima.

3. Daging Sapi tanpa Lemak
Daging sapi tanpa lemak mengandung mineral seng yang dapat membantu memelihara daya ingat. daging sapi juga mengandung banyak zat besi yang dapat menigkatkan konsentrasi. dengan mengkonsumsi 1 ons per hari, cukup untuk memenuhi kebutuhan itu.

4. Susu atau Produk Susu
Susu atau makanan yang berasal dari produk susu mengandung protein dan vitamin B tinggi. Dua jenis nutrisi ini penting bagi pertumbuhan jaringan otak.

5. Buah Stroberi
Buah stroberi yang rasanya asam manis segar itu banyak khasiatnya. selain mengandung antioksidan yang membantu menjaga keremajaan kulit, riset juga menunjukan segelas jus stroberi sehari dapat perbaiki fungsi daya ingat.

05 April 2010

Pengobatan untuk Gangguan Belajar

paling berguna untuk gangguan belajar adalah pendidikan yang secara hati-hati disesuaikan dengan individu anak. Cara seperti membatasi makanan aditif, menggunakan vitamin dalam jumlah besar, dan menganalisa sistem anak untuk trace mineral seringkali dicoba tetapi tidak terbukti. Tidak ada obat-obatan yang cukup efektif pada pencapaian akademis, intelegensi, dan kemampuan pembelajaran umum. Karena beberapa anak dengan gangguan belajar juga mengalami ADHD, obat-obatan tertentu, seperti methylphenidate, bisa meningkatkan perhatian dan konsentrasi, meningkatkan kemampuan anak untuk belajar.

Penanggulangan Gangguan Diskalkulia

Diagnosa diskalkulia harus dilakukan oleh spesialis yang berkompeten di bidangnya berdasarkan serangkaian tes dan observasi yang valid dan terpercaya. Bentuk terapi atau treatment yang akan diberikan pun harus berdasarkan evaluasi terhadap kemampuan dan tingkat hambatan anak secara detail dan menyeluruh.
Bagaimanapun, kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, orang tua pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan belajar, yaitu:
1. Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah

atau urutan dari proses keseluruhannya.
2. Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.
3. Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.
4. Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.
5. Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah menampilkan ingatannya tentang angka.
6. Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak.
7. Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya.
8. Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan.

Faktor Penyebab Gangguan Diskalkulia

1. Kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
2. Bermasalah dalam hal mengurut informasi
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.
3. Fobia matematika
Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.

Ciri - Ciri Gangguan Diskalkulia

1. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.
2. Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.
3. Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
4. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.
5. Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.
6. Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.
7. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya.
8. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.

Gangguan matematika ( diskalkulia )

3.Gangguan matematika ( diskalkulia ) : Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta, diskalkulia dikenal juga dengan istilah "math difficulty" karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis.

Membantu Anak Disgrafia

MEMBANTU ANAK DISGRAFIA
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan ini. Di antaranya:
1. Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua
meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
2. Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
3. Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
4. Latih anak untuk terus menulis
Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.

Ciri - Ciri Gangguan Menulis

1. Terdapat ketidak konsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
2. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
4. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
5. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
6. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
7. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.

Gangguan Menulis

2.Gangguan menulis ( Disgrafia ) : Kelainan neurologis ini menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Anak dengan gangguan disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka.
Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD. Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan.
Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap si anak, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.

Penaganan Anak yang Mengalami Gangguan Membaca

1. Metode multi-sensory
Anak akan diajarkan mengeja, tidak hanya berdasarkan apa yang didengarnya dan kemudian diucapkannya kembali, tapi juga memanfaatkan kemampuan memori visual serta taktil (sentuhan) dengan cara menuliskan huruf-huruf tersebut di udara dan di lantai, membentuk huruf dari lilin (plastisin) atau dengan menulis besar-besar di lembaran kertas. Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan, dan sentuhan sehingga mempermudah otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf.

2. Membangun rasa percaya diri

Ajak anak mengevaluasi dan memahami dirinya sendiri, kelebihan dan kekurangan yang ada padanya, agar dia dapat melihat secara objektif dan tidak hanya terfokus pada kekurangannya sebagai anak dengan gangguan disleksia. Apalagi menurut penelitian, anak-anak ini cenderung mempunyai kelebihan dalam hal physical-coordination, kreativitas, dan kemampuan berempati pada orang lain.

Ciri - Ciri Gangguan Membaca

1. Bermasalah ketika harus memahami apa yang dibaca.
2. Sulit menyuarakan fonem dan memadukannya menjadi sebuah kata.
3. Sulit mengeja secara benar. Bahkan bisa jadi anak akan mengeja satu kata dengan bermacam ucapan, walaupun kata tersebut berada di halaman buku yang sama.
4. Kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata. Misal, kata SAYA ejaannya adalah SAYA.
5. Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proporsional.
6. Sulit mengeja kata/suku kata dengan benar. Bisa terjadi anak akan terbalik-balik membunyikan huruf, atau suku kata.
7. Terlambat perkembangan kemampuan bicara dibandingkan dengan anak-anak seusianya pada umumnya.
8. Terlambat dalam mempelajari alfabet, angka, hari, minggu, bulan, warna, bentuk dan informasi mendasar lainnya.
9. Terlihat kesulitan dalam menuliskan huruf ke dalam kesatuan kata secara benar.
10. Bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan: d-b, u-n, m-n .
11. Rancu terhadap huruf yang bunyinya mirip: v, f, th.
12. Sering menuliskan/mengucapkan kata terbalik-balik. Umpama, kata hal menjadi lah.
13. Membaca suatu kata dengan benar di satu halaman, tapi keliru di halaman lain.
14. Mengucapkan susunan kata secara terbalik-balik. Contoh, Kucing duduk di atas kursi diucapkan Kursi duduk di atas kucing.
15. Rancu terhadap kata-kata yang singkat, seperti ke, dari, dan, jadi.
16. Membaca dengan benar tapi tak mengerti apa yang dibacanya

Penyebab Gangguan Membaca

1. Neurologis
Gangguan ini bukanlah suatu ketidakmampuan fisik, semisal kesulitan visual. Namun murni karena kelainan neurologis, yakni bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca oleh anak secara tidak tepat, terutama otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Selain itu, ada perkembangan yang tidak proporsional pada sistem magno-cellular, yang berhubungan dengan kemampuan melihat benda bergerak (moving images) yang menyebabkan ukurannya menjadi lebih kecil. Kondisi ini menyebabkan proses membaca jadi lebih sulit karena otak harus membaca dan memahami secara cepat huruf-huruf dan sejumlah kata yang berbeda yang terlihat secara bersamaan oleh mata ketika mata men-scanning kata dan kalimat.
2. Keturunan
Menurut penelitian, 80% penderita disleksia mempunyai anggota keluarga dengan kesulitan belajar (learning disabilities) dan 60% di antaranya kidal (left-handedness).
3. Gangguan pendengaran sejak dini
Jika kesulitan pendengaran terjadi sejak dini dan tak terdeteksi, maka otak yang sedang berkembang akan sulit menghubungkan bunyi atau suara yang didengarnya dengan huruf atau kata yang dilihatnya.
4. Kombinasi
Kombinasi dari berbagai faktor di atas menjadikan kondisi anak dengan gangguan disleksia kian serius atau parah, hingga perlu penanganan menyeluruh dan kontinu.

Macam - macam Gangguan Belajar - gang membaca

1. Gangguan membaca : gangguan ini paling banyak di kenal dan biasa di kenal dengan nama disleksia dan dialami anak dalam hal membaca . anak yang mengalami gangguan disleksia biasanya melihat tulisan bercampur aduk, sehingga sulit untuk di baca dan di ingat. Gangguan semacam ini bukan di sebabkan karena adanya gangguan pada fungsi otak akan tetapi karena si anak tersebut terkadang suka mengalami frustasi dan terkadang mereka sulit untuk menyelesaikan tugas – tugas sekolah mereka. Anak – anak dengan gangguan disleksia awalnya tidak menemukan hambatan apa – apa pada saat awal sekolah akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan semakin naik tingkat kelas barulah muncul masalah – masalah tersebut. Disleksia atau reading disabilities adalah kelainan neurologis yang menyebabkan kemampuan membaca anak di bawah kemampuan yang semestinya, jika mempertimbangkan tingkat intelegensi, usia, dan pendidikannya.

Gejala Gangguan Belajar

Anak kecil kemungkinan lambat untuk mempelajari nama-nama warna atau huruf, untuk menyebutkan kata-kata untuk objek yang dikenal, untuk menghitung, dan untuk kemajuan pada awal keahlian belajar lain. Belajar untuk membaca dan menulis kemungkinan tertunda. Gejala-gejala lain dapat berupa perhatian dengan jangka waktu yang pendek dan kemampuan yang kacau, berhenti bicara, dan ingatan dengan jangka waktu yang pendek. Anak tersebut bisa mengalami kesulitan dengan aktifitas yang membutuhkan koordinasi motor yang baik, seperti mencetak dan mengkopi.
Anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan komunikasi. Beberapa anak mulanya menjadi frustasi dan kemudian mengalami masalah tingkah laku, seperti menjadi mudah kacau, hiperaktif, menarik diri, malu, atau agresif.

Penyebab Gangguan Belajar

Meskipun penyebab gangguan belajar tidak sepenuhnya dimengerti. Mereka termasuk kelainan pada proses dasar yang berhubungan dalam memahami atau menggunakan ucapan atau penulisan bahasa atau numerik dan pertimbangan ruang.
Diperkirakan 3 sampai 15% anak bersekolah di Amerika Serikat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk menggantikan gangguan belajar. Anak laki-laki dengan gangguan belajar bisa melebihi anak gadis lima banding satu, meskipun anak perempuan seringkali tidak dikenali atau terdiagnosa mengalami gangguan belajar.
Kebanyakan anak dengan masalah tingkah laku tampak kurang baik di sekolah dan diperiksa dengan psikologis pendidikan untuk gangguan belajar. Meskipun begitu, beberapa anak dengan jenis gangguan belajar tertentu menyembunyikan gangguan mereka dengan baik, menghindari diagnosa, dan oleh karena itu pengobatan, perlu waktu yang lama.

Definisi Gangguan Belajar

Belajar adalah kewajiban setiap individu yang memang di gunakan untuk keadaan di masa depan atau dapat di katakana bekal untuk masa yang akan datang. Kita setiap individu pasti akan melalui proses belajar yang formal maupun yang non formal yang pastinya diiring dengan sejalannya waktu.
Sedangkan gangguan belajar itu sendiri adalah kurangnya perhatian ataupun ingatan yang akan menyebabkan nilai – nilai akademis tidak maksimal bahkan kurang.
Gangguan belajar sangatlah berbeda dengan keterlambatan mental atau gangguan belajar itu sendiri terjadi secara normal karena adanya gangguan pada fungsi tertentu. Hal yang membedakan anak yang terkena keterlambatan mental dan gangguan belajar adalah fungsi kognitifnya.

02 April 2010

Terapi Obat

Pada sekelompok anak autisme dengan gejala-gejala seperti tempertrantums, agresivitas, melukai diri sendiri, hiperaktivitas, dan stereotip, pemberian obat-obatan yang sesuai dapat merupakan salah satu bagian dari program terapi komprehensif. Pemeriksaan yang lengkap dari kondisi fisik dan laboratorium harus dilakukan sebelum memulai pemberian obat-obatan. Periode istirahat dari obat, setiap enam bulan dianjurkan untuk menilai lagi apakah obat masih diperlukan dalam terapi.
Obat-obatan yang digunakan antara lain:
a. Antipsikotik: untuk memblok reseptor dopamin
b. Fenfluramine: untuk menurunkan serotonin
c. Naltrexone: untuk antagonis opioida
d. Simpatomimetik: untuk menurunkan hiperaktivitas
e. Clomipramine: untuk anti depresan
f. Clonidine: untuk menurunkan aktivitas noradrenergik

Anonim. ( 2007 ). Autisme Gangguan Perkembangan Anak. http://dwpbuenosaires.blogspot.com/2007/04/autisme-gangguan-perkembangan-anak_16.html. 20 : 15 / 09 Maret 2010.

Psikoterapi

Dengan adanya pengetahuan tentang faktor biologi pada autisme, psikodinamik psikoterapi yang dilakukan pada anak yang masih kecil, termasuk terapi bermain yang tidak terstruktur, adalah tidak sesuai lagi. Psikoterapi individual, baik dengan atau tanpa obat, mungkin lebih sesuai pada mereka yang telah mempunyai fungsi lebih baik, saat usia mereka meningkat, mungkin timbul perasaan cemas atau depresi ketika mereka menyadari kelainan dan kesukaran dalam membina hubungan dengan orang lain.

penatalaksanaan gangguan Autis- terapi perilaku

Dengan modifikasi perilaku yang spesifik diharapkan dapat membantu anak autisme dalam mempelajari perilaku yang diharapkan dan membuang perilaku yang bermasalah.
Dalam suatu penelitian dikatakan, dengan terapi yang intensif selama 1-2 tahun, anak yang masih muda ini dapat berhasil meningkatkan IQ dan fungsi adaptasinya lebih tinggi dibanding kelompok anak yang tidak memperoleh terapi yang intensif. Pada akhir dari terapi, sekitar 42% dapat masuk ke sekolah umum. Agresivitas yang cukup banyak ditemukan pada anak autisme, memerlukan penangan yang spesifik, yakni:
Anak:
a.Ajari keterampilan berkomunikasi (non-verbal).
b.Tingkatkan ketrampilan sosial (dengan peragaan).

Medis

a.Konsultasi endokrinologi: untuk mengatasi agresivitas seksual.
b.Konnsultasi neurologi: untuk menyingkirkan adanya kejang lobus temporalis dan sindrom hipotalamik.
Lingkungan

Lingkungan harus aman, teratur, dan responsif.
Sekolah:
•Periksa prestasi akademik yang diharapkan.
•reaksi dari teman-teman.
•Coba kurangi tuntutan dan perubahan.
•Konsultasi dengan para ahli.

Rumah:

•Bagaimana penerimaan keluarga terhadap anak (orangtua dan saudara-saudaranya).
•Catat tuntutan-tuntutan terhadap anak dan coba kurangi setiap perubahan rutinitas.
•Pembatasan ruang adalah penting.
•Konsultasi dengan para ahli.
Bangkitkan rasa percaya diri pada anak:

a.Bantu anak untuk melatih kontrol diri: stop-lihat-dengar
b.Praktikkan latihan relaksasi: napas dalam atau musik.
c.Ajari mendeteksi bahaya.

Kembangkan pelbagai keterampilan sebagai pengganti agresivitas, seperti keterampilan sosial, berkomunikasi, kerjasama, menggunakan waktu senggang, dan berekreasi.
Kurangi perubahan rutinitas yang mendadak. Hendaknya keluarga mempunyai rencana terhadap apa yang diharap dari anak di rumah:

a.Rutinitas sehari-hari pada pagi hari, sepulang sekolah, dan sore hari.
b.Gunakan gambar-gambar untuk anak non-verbal dan mempunyai fungsi yang lebih rendah.
Bagi anak dengan agresivitas yang berat:
a.Pakai cara istirahat (time out) untuk meredakan dan dapat mengontrol diri lebih baik.
b.Batasi reaksi emosional untuk menjadi agresif dengan berkata `tidak’ atau ‘stop’.
c.Gunakan alat bantu fisik untuk mengontrol anak
d.Koreksi terhadap akibat negatif yang dibuat anak
e.Pengendalian fisik pada agresivitas yang berat dan hilangnya kontrol diri.
f.Pastikan anak mempunyai rutinitas sehari-hari yang teratur.
g.Semua teknik di atas harus digunakan dengan hati-hati dan di bawah supervisi profesional yang telah terlatih.
Teknik pencegahan timbulnya agresivitas:

a.Bina hubungan yang kuat dengan anak
b.Pastikan anak mempunyai rutinitas yang teratur, terutama di rumah
c.Tinjau kembali bermacam tuntutan terhadap anak
d.Bagaimana mengatur perubahan rutinitas (sebelum/sesudah hari libur)
e.Jelaskan dan siapkan anak terhadap perubahan
f.Kurangi suara dan keributan di sekitarnya
g.Buat rencana untuk ‘hari-hari buruk’ dengan memilih suatu tempat yang tenang agar anak lebih tenang.
h.Pergunakan relaksasi dan kontrol diri sebagai cara untuk memberi lebih banyak ketrampilan pada anak
i.rutin dengan anggota tim agar mereka menyadari tanda-tanda agresivitas
j.Supervisi dan ahli jiwa yang terlatih dalam terapi perilaku kognitif

penatalaksanaan gangguan Autis- pendektan edukatif

Anak dengan autisme seharusnya mendapat pendidikan khusus. Rencana pendidikan sebaiknya dibuat secara individual sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Juga perlu diperhitungkan tidak hanya kelemahan anak ini, namun juga kekuatan yang mereka punyai, agar guru dapat mempertimbangkannya dalam memberikan keterampilan baru. Yang terbaik bagi mereka adalah suatu bentuk pelatihan yang sangat terstruktur, sehingga kecil kesempatan bagi anak untuk melepaskan diri dari teman-temannya, dan guru akan segera bertindak bila melihat anak melakukan aktivitas sendiri. Latihan yang terstruktur ini juga mempermudah anak untuk dapat memperkirakan kemungkinan apa yang akan terjadi di sekitarnya. Idealnya, anak ikut serta pelatihan ini, dengan harapan ia dapat memperoleh kemampuan untuk bekerja sendiri. Pendekatan ini tentunya membutuhkan suatu kelas yang perbandingan murid dan gurunya rendah.
Dalam pelajaran bahasa, anak lebih mudah mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi bila fokus pembicaraan mengenai hal-hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada beberapa anak dapat dicoba dengan melatih bahasa isyarat. Demikian pula dalam melatih ketrampilan sosial, hendaknya juga mengenai hal-hal yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Kekurangan dalam interaksi soaial, hubungan timbal-balik, memahami aturan-aturan sosial, memusatkan perhatian bila berada dalam suatu kelompok, dan kemampuan mengerjakan cara-cara yang diajarkan oleh pembimbingnya, merupakan masalah-masalah yang kemungkinan dapat berhasil dicapai dalam program untuk remaja dan dewasa muda.

Gangguan - gangguan pada anak autis

Gangguan kognitif

Hampir 75-80% anak autisme mengalami retardasi mental dengan derajat rata-rata sedang. Menarik untuk diketahui bahwa beberapa anak autisme menunjukkan kemampuan memecahkan masalah yang luar biasa, seperti mempunyai daya ingat yang sangat baik dan kemampuan membaca yang di atas batas penampilan intelektualnya.
Sebanyak 50% dari idiot savants, yakni orang dengan retardasi mental yang menunjukkan kemampuan luar biasa, seperti menghitung kalender, memainkan satu lagu hanya dari sekali mendengar, mengingat nomor-nomor telepon yang ia baca dari buku telepon, adalah seorang penyandang autisme.

Gangguan perilaku motorik

Kebanyakan anak autisme menunjukkan adanya stereotip, seperti bertepuk-tepuk tangan dan menggoyang-goyangkan tubuh. Hiperaktif biasa terjadi terutama pada anak prasekolah. Namun, sebaliknya, dapat terjadi hipoaktif. Beberapa anak juga menunjukkan gangguan pemusatan perhatian dan impulsivitas. Juga didapatkan adanya koordinasi motorik yang terganggu, tiptoe walking, clumsiness, kesulitan belajar mengikat tali sepatu, menyikat gigi, memotong makanan, dan mengancingkan baju.
Respons abnormal terhadap perangsangan indera

Beberapa anak menunjukkan hipersensitivitas terhadap suara (hiperakusis) dan menutup telinganya bila mendengar suara yang keras seperti suara petasan, gonggongan anjing, atau sirine polisi. Anak yang lain mungkin justru lebih tertarik dengan suara jam tangan atau remasan kertas. Sinar yang terang, termasuk sinar lampu sorot di ruang praktik dokter gigi, mungkin membuatnya tegang walaupun pada beberapa anak malah menyukai sinar. Mereka mungkin sangat sensitif terhadap sentuhan, memakai baju yang terbuat dari serat yang kasar, seperti wol, atau baju dengan label yang masih menempel, atau berganti baju dari lengan pendek menjadi lengan panjang. Semua itu dapat membuat mereka tempertantrums.
Di lain pihak, ada juga anak yang tidak peka terhadap rasa sakit dan tidak menangis saat mengalami luka yang parah. Anak mungkin tertarik pada rangsangan indera tertentu seperti objek yang berputar.

Gangguan tidur dan makan

Gangguan tidur berupa terbaliknya pola tidur, terbangun tengah malam. Gangguan makan berupa keengganan terhadap makanan tertentu karena tidak menyukai tekstur atau baunya, menuntut hanya makan jenis makanan yang terbatas, menolak mencoba makanan baru, dapat sangat menyulitkan para orangtua.

Gangguan afek dan mood

Beberapa anak menunjukkan perubahan mood yang tiba-tiba, mungkin menangis atau tertawa tanpa alasan yang jelas. Sering tampak tertawa sendiri, dan beberapa anak tampaknya mudah menjadi emosional. Rasa takut yang sangat kadang-kadang muncul terhadap objek yang sebetulnya tidak menakutkan. Cemas perpisahan yang berat, juga depresi berat mungkin ditemukan pada anak autisme.
Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan agresivitas melawan orang lain
Ada kemungkinan mereka menggigit tangan atau jari sendiri sampai berdarah, membentur-benturkan kepala, mencubit, menarik rambut sendiri, atau memukul diri sendiri. Tempertantrums, ledakan agresivitas tanpa pemicu, dan kurang perasaan terhadap bahaya, dapat terjadi pada anak autisme.

Gangguan kejang

Terdapat kejang epilepsi pada sekitar 10--25% anak autisme. Ada korelasi yang tinggi antara serangan kejang dengan beratnya retardasi mental dan derajat disfungsi susunan syaraf pusat.
Kondisi fisik yang khas
Dilaporkan bahwa anak autisme usia 2-7 tahun, tubuhnya lebih dibanding anak seusianya dan saudaranya.

Aktivitas dan minat yang terbatas

•Abnormalitas dalam bermain terlihat pada anak autisme, seperti stereotip, diulang-ulang, dan tidak kreatif. Beberapa anak tidak menggunakan mainannya dengan sesuai, juga kemampuannya untuk menggantikan suatu benda dengan benda lain yang sejenis sering tidak sesuai.
•Anak autisme menolak adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru. Contohnya seorang anak autisme akan mengalami kesukaran bila jalan yang biasa ia tempuh ke sekolah diubah atau piring yang biasa ia pakai untuk makan diganti. Mainan baru mungkin akan ditolak berminggu-minggu sampai kemudian baru bisa ia terima. Mereka kadang juga memaksakan rutinitas pada orang lain, contohnya seorang anak laki-laki akan menangis bila waktu naik tangga sang ibu tidak menggunakan kaki kanannya terlebih dahulu.
•Mereka juga sering memaksa orangtua untuk mengulang suatu kata atau potongan kata.
•Dalam hal minat: terbatas, sering aneh, dan diulang-ulang. Misalnya, mereka sering membuang waktu berjam-jam hanya untuk memainkan saklar lampu, memutar-mutar botol, atau mengingat-ingat rute kereta api.
•Mereka mungkin sulit dipisahkan dari suatu benda yang tidak lazim dan menolak meninggalkan rumah tanpa benda tersebut. Misalnya, seorang anak laki-laki yang selalu membawa penghisap debu ke mana pun ia pergi.
•Stereotip tampak pada hampir semua anak autisme, termasuk melompat turun naik, memainkan jari-jari tangannya di depan mata, menggoyang-goyang tubuhnya, atau menyeringai.
•Mereka juga menyukai objek yang berputar, seperti mengamati putaran kipas angin atau mesin cuci.

Hambatan kualitatif dalam komunikasi verbal/non-verbal dan dalam bermain

Keterlambatan dan abnormalitas dalam berbahasa serta berbicara merupakan keluhan yang sering diajukan para orangtua, sekitar 50% mengalami hal ini:
• Bergumam yang biasanya muncul sebelum dapat mengucapkan kata-kata, mungkin tidak tampak pada anak autisme.
• Sering mereka tidak memahami ucapan yang ditujukan pada mereka.
• Biasanya mereka tidak menunjukkan atau memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan keinginannya, tetapi dengan mengambil tangan orangtuanya untuk mengambil objek yang dimaksud.
• Mereka mengalami kesukaran dalam memahami arti kata-kata serta kesukaran dalam menggunakan bahasa dalam konteks yang sesuai dan benar.
• Bahwa satu kata mempunyai banyak arti mungkin sulit untuk dapat dimengerti oleh mereka.
• Anak autisme sering mengulang kata-kata yang baru saja mereka dengar atau yang pernah mereka dengar sebelumnya tanpa maksud untuk berkomunikasi.
• Bila bertanya sering menggunakan kata ganti orang dengan terbalik, seperti "saya" menjadi "kamu" dan menyebut diri sendiri sebagai "kamu".
• Mereka sering berbicara pada diri sendiri dan mengulang potongan kata atau lagu dari iklan televisi dan mengucapkannya di muka orang lain dalam suasana yang tidak sesuai.
• Penggunaan kata-kata yang aneh atau dalam arti kiasan, seperti seorang anak berkata "sembilan" setiap kali ia melihat kereta api.
• Anak-anak ini juga mengalami kesukaran dalam berkomunikasi walaupun mereka dapat berbicara dengan baik, karena tidak tahu kapan giliran mereka berbicara, memilih topik pembicaraan, atau melihat kepada lawan bicaranya.
• Mereka akan terus mengulang-ulang pertanyaan biarpun mereka telah mengetahui jawabannya atau memperpanjang pembicaraan tentang topik yang mereka sukai tanpa mempedulikan lawan bicaranya.
• Bicaranya sering dikatakan monoton, kaku, dan menjemukan.
• Mereka juga sukar mengatur volume suaranya, tadak tahu kapan mesti merendahkan volume suaranya, misal di restoran atau sedang membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi.
• Kesukaran dalam mengekspresikan perasaan atau emosinya melalui nada suara.
• Komunikasi non-verbal juga mengalami gangguan. Mereka sering tidak menggunakan gerakan tubuh dalam berkomunikasi untuk mengekspresikan perasaannya atau untuk merabarasakan perasaan orang lain, misalnya menggelengkan kepala, melambaikan tangan, mengangkat alis, dan lain sebagainya.

Hambatan kualitatif dalam interaksi sosial

Interaksi sosial pada anak autisme dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:
1.Menyendiri (aloof): banyak terlihat pada anak-anak yang menarik diri, acuh tak acuh, dan akan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunjukkan perilaku serta perhatian yang terbatas (tidak hangat).
2.Pasif: dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya.
3.Aktif tapi aneh: secara spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi ini sering kali tidak sesuai dan sering hanya sepihak.
Hambatan sosial pada anak autisme akan berubah sesuai dengan perkembangan usia. Biasanya, dengan bertambahnya usia maka hambatan tampak semakin berkurang.
•Sejak tahun pertama, anak autisme mungkin telah menunjukkan adanya gangguan pada interaksi sosial yang timbal balik, seperti menolak untuk disayang/dipeluk, tidak menyambut ajakan ketika akan diangkat dengan mengangkat kedua lengannya, kurang dapat meniru pembicaraan atau gerakan badan, gagal menunjukkan suatu objek kepada orang lain, serta adanya gerakan pandangan mata yang abnormal.
•Permainan yang bersifat timbal balik mungkin tidak akan terjadi.
•Sebagian anak autisme tampak acuh tak acuh atau tidak bereaksi terhadap pendekatan orangtuanya, sebagian lainnya malahan merasa cemas bila berpisah dan melekat pada orangtuanya.
•Anak autisme gagal dalam mengembangkan permainan bersama teman-temannya, mereka lebih suka bermain sendiri.
•Keinginan untuk menyendiri yang sering tampak pada masa kanak akan makin menghilang dengan bertambahnya usia.
•Walaupun mereka berminat untuk mengadakan hubungan dengan teman, sering kali terdapat hambatan karena ketidakmampuan mereka untuk memahami aturan-aturan yang berlaku dalam interaksi sosial. Kesadaran sosial yang kurang inilah yang mungkin menyebabkan mereka tidak mampu untuk memahami ekspresi wajah orang, ataupun untuk mengekspresikan perasaannya, baik dalam bentuk vokal maupun ekspresi wajah. Kondisi tersebut menyebabkan anak autisme tidak dapat berempati kepada orang lain yang merupakan suatu kebutuhan penting dalam interaksi sosial yang normal.

Kapan autisme biasanya mulai muncul?

•Biasanya, gejala autisme mulai muncul sebelum usia 3 tahun dan ditandai kegagalan dalam perkembangan bahasa serta kegagalan dalam menjalin hubungan dengan orangtuanya. Ini merupakan alasan yang paling sering dari orangtua anak autisme untuk mengadakan kontak dengan tenaga medis.
•Beberapa orangtua takut anaknya tuli karena tidak ada reaksi dari anak bila dipanggil.
•Sangat jarang orangtua yang melaporkan anaknya mempunyai perkembangan sosial dan bahasa yang normal, tetapi yang sering justru kehilangan kemampuan berbahasa dan menarik diri dari interaksi sosial.
•Orangtua sering mengingat adanya suatu peristiwa besar sebelum terjadi perubahan perilaku ini, seperti kelahiran adik, kematian nenek/kakek, atau suatu penyakit fisik, namun tidak jelas apakah ada hubungan antara timbulnya gejala autisme dengan semua peristiwa tersebut.
•Sebagai bayi, anak autisme mungkin akan terbaring di boksnya atau asyik bermain sendiri selama berjam-jam tanpa menangis ataupun membutuhkan orangtuanya, sehingga pada awalnya orangtua mengira ia anak yang manis, yang mudah diatur, walau ada juga yang justru rewel dan sering menangis.

Pemeriksaan medis apa saja yang dilakukan pada anak autisme?

Pemeriksaan medis yang dilakukan pada anak autisme adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, tes neuropsikologis, tes pendengaran, tes ketajaman penglihatan, MRI (Magnetic Resonance Imaging), EEG (Electro Encephalogram), pemeriksaan sitogenetik untuk abnormalitas kromosom, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan air seni.

Bagaimana gambaran klinis dan cara mendiagnosis anak dengan autisme?

Ada 3 kelompok gejala yang harus diperhatikan untuk dapat mendiagnosis autisme, yaitu dalam interaksi sosial, dalam komunikasi verbal dan nonverbal serta bermain, dan dalam berbagai aktivitas serta minat. Namun demikian, anak-anak dengan autisme kemungkinan sangat berbeda satu dengan yang lain, tergantung pada derajat kemampuan intelektual serta bahasanya. Baik anak yang mutisme (membisu) dan suka menyendiri maupun anak yang mampu bertanya dengan tatabahasa yang benar tapi tidak sesuai dengan situasi yang ada, keduanya mempunyai diagnosis yang sama, yaitu autisme. Dapat pula terjadi salah diagnosis pada keadaan fungsi intelektual yang ekstrem (sangat tinggi atau sangat rendah). Hilangnya tingkah laku yang khas autisme bersamaan dengan meningkatnya usia, membuat diagnosis autisme yang dibuat setelah masa kanak-kanak lewat, menjadi kurang dapat dipercaya.

teori tentang penyebab autisme-teori Imunologi

Teori Imunologi
Ditemukannya penurunan respons dari sistem imun pada beberapa anak autistik meningkatkan kemungkinan adanya dasar imunologis pada beberapa kasus autisme. Ditemukannya antibodi beberapa ibu terhadap antigen lekosit anak mereka yang autisme, memperkuat dugaan ini, karena ternyata antigen lekosit juga ditemukan pada sel-sel otak. Dengan demikian, antibodi ibu dapat secara langsung merusak jaringan saraf otak janin yang menjadi penyebab timbulnya autisme.
Infeksi Virus
Peningkatan frekuensi yang tinggi dari gangguan autisme pada anak-anak dengan congenital rubella, herpes simplex encephalitis, dan cytomegalovirus infection, juga pada anak-anak yang lahir selama musim semi dengan kemungkinan ibu mereka menderita influensa musim dingin saat mereka ada di dalam rahim, telah membuat para peneliti menduga infeksi virus ini merupakan salah satu penyebab autisme. Dan ada beberapa teori lainnya yaitu :
1. Genetik dan heriditer
2. Teori Kelebihan Opioid
o Unsur Opioid-like
o Kekurangan enzyme Dipeptidyl peptidase
o Dermorphin Dan Sauvagine
o Opioids dan secretin
o Opioids dan glutathione
o Opioids dan immunosuppression
3. Gluten/Casein Teori Dan Hubungan gangguan Celiac
o IgA urine
o Teori Gamma Interferon
o Teori Metabolisme Sulfat
4. Kolokistokinin
5. Oksitosin Dan Vasopressin
6. Metilation
7. Imunitas Teori Autoimun dan Alergi makanan
8. Zat darah penyerang kuman ke Myelin Protein Basis dasar
9. Teori Infeksi Karena virus Vaksinasi
10. Teori Sekretin
11. Teori kelainan saluran cerna (Hipermeabilitas Intestinal/Leaky Gut)
12. Paparan Aspartame
13. Kekurangan Vitamin, mineral nutrisi tertentu
14. Orphanin Protein: Orphanin FQ/NOCICEPTIN ( OFQ/N)

teori tentang penyebab autisme- teori biologis

Teori Biologis
Teori ini menjadi berkembang karena beberapa fakta seperti berikut: adanya hubungan yang erat dengan retardasi mental (75—80%), perbandingan laki-laki : perempuan = 4 : 1, meningkatnya insidens gangguan kejang (25%), dan adanya beberapa kondisi medis serta genetik yang mempunyai hubungan dengan gangguan ini. Hingga sekarang ini diyakini bahwa gangguan autisme merupakan suatu sindrom perilaku yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi sistem saraf pusat. Namun demikian, sampai saat ini belum diketahui dengan pasti letak abnormalitasnya. Hal ini diduga karena adanya disfungsi dari batang otak dan mesolimbik. Namun, dari penelitian terakhir ditemukan kemungkinan adanya keterlibatan dari serebelum. Berbagai kondisi tersebut antara lain:
Faktor genetik
Hasil penelitian terhadap keluarga dan anak kembar menunjukkan adanya faktor genetik yang berperan dalam perkembangan autisme. Pada anak kembar satu telur ditemukan sekitar 36-89%, sedang pada anak kembar dua telur 0%. Pada penelitian terhadap keluarga ditemukan 2,5—3% autisme pada saudara kandung, yang berarti 50--100 kali lebih tinggi dibanding pada populasi normal. Penelitian terbaru menemukan adanya peningkatan gangguan psikiatrik pada anggota keluarga dari penyandang autisme berupa peningkatan insidens gangguan afektif dan ansietas, juga peningkatan gangguan dalam fungsi sosial.
Selain itu, juga telah ditemukan adanya hubungan antara autisme dengan sindrom fragile-X, yaitu suatu keadaan abnormal dari kromosom X. Pada sindrom ini ditemukan kumpulan berbagai gejala, seperti retardasi mental dari yang ringan sampai yang berat, kesulitan belajar pada yang ringan, daya ingat jangka pendek yang buruk, fisik yang abnormal pada 80% laki-laki dewasa, clumsiness, serangan kejang, dan hiperefleksi. Sering tampak pula gangguan perilaku seperti hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian, impulsif, dan ansietas. Gambaran autisme seperti tidak mau bertukar pandang, stereotip, pengulangan kata-kata, dan perhatian/minat yang terpusat pada suatu benda/objek sering ditemukan. Diduga terdapat 0-20% sindrom fragile-X pada autisme. Walau demikian, hubungan kedua kondisi tersebut masih diperdebatkan.
Faktor perinatal
Komplikasi pranatal, perinatal, dan neonatal yang meningkat juga ditemukan pada anak dengan autisme. Komplikasi yang paling sering dilaporkan adalah adanya pendarahan setelah trimester pertama dan ada kotoran janin pada cairan amnion, yang merupakan tanda bahaya dari janin (fetal distress). Penggunaan obat-obatan tertentu pada ibu yang sedang mengandung diduga ada hubungannya dengan timbulnya autisme. Adanya komplikasi waktu bersalin seperti terlambat menangis, gangguan pernapasan, anemia pada janin, juga diduga ada hubungannya dengan autisme.
Model neuroanatomi
Berbagai kondisi neuropatologi diduga mendorong timbulnya gangguan perilaku pada autisme. Ada beberapa daerah di otak anak penyandang autisme yang diduga mengalami disfungsi. Adanya kesamaan perilaku autistik dan perilaku abnormal pada orang dewasa yang diketahui mempunyai lesi di otak, dijadikan dasar dari berbagai teori penyebab autisme.
Hipotesis neurokemistri
Sejak ditemukan adanya kenaikan kadar serotonin di dalam darah pada sepertiga anak autistik pada 1961, fungsi neurotransmitter pada autisme menjadi fokus perhatiaan banyak peneliti. Dengan anggapan bila fungsi neurokemistri yang ditemukan merupakan dasar dari perilaku dan kognitif yang abnormal, tentu dengan terapi obat diharapkan disfungsi sistem neurotransmitter ini akan dapat
dikoreksi. Beberapa jenis neurotransmitter yang diduga mempunyai hubungan dengan autisme antara lain serotonin, dopamin, dan opioid endogen.

teori tentang penyebab autisme-teori psikososial

Teori Psikososial
Kanner mempertimbangkan adanya pengaruh psikogenik sebagai penyebab autisme: orangtua yang emosional, kaku, dan obsessif, yang mengasuh anak mereka dalam suatu atmosfir yang secara emosional kurang hangat, bahkan dingin. Pendapat lain mengatakan adanya trauma pada anak yang disebabkan hostilitas yang tidak disadari dari ibu, yang sebenarnya tidak menghendaki anak ini. Ini mengakibatkan gejala penarikan diri pada anak dengan autisme. Menurut Bruno Bettelheim, perilaku orangtua dapat menimbulkan perasaan terancam pada anak-anak. Teori-teori ini pada 1950-1960 sempat membuat hubungan dokter dengan orangtua mengalami krisis dan menimbulkan perasaan bersalah serta bingung pada para orangtua yang telah cukup berat bebannya dengan mengasuh anak dengan autisme

Faktor apa saja yang menyebabkan Autis

Menurut Budiman(Kompas, 26-9-2000), peningkatan kasus autisme belakangan ini, selain karena faktor kondisi dalam rahim seperti terkena virus toksoplamosis, sitomegalovirus, rubella atau herpes, dan faktor herediter, juga diduga karena pengaruh zat-zat beracun. Misalnya timah hitam (Pb) dari knalpot kendaraan, cerobong pabrik, cat tembok; kadmium (Cd) dari batu batere; serta air raksa (Hg) yang juga digunakan untuk menjinakkan kuman untuk imunisasi. Demikian pula pula antibiotik yang memusnahkan hampir semua kuman baik dan buruk di saluran pencernaan, sehingga jamur merajalela di usus. Logam-logam berat yang menumpuk di tubuh wanita dewasa masuk ke janin lewat demineralisasi tulang, dan tersalur ke bayi melalui ASI.
Stephen Edelson, MD (Majalah Nirmala, Juni 2001) yang melakukan penelitian pada 1998 terhadap 56 anak autisme, menemukan bahwa 95% dari mereka dalam darahnya ditemukan satu atau lebih racun bahan kimia pada tingkat yang cukup tinggi, melampaui batas maksimum rata-rata orang dewasa dalam keadaan sehat. Selain itu, 100% dari mereka mengandung satu atau lebih metal seperti air raksa (merkuri) dan timah dalam tingkat yang tinggi, yang merupakan racun yang dapat menyerang sistem otak.
Kecurigaan peran Hg pada kejadian autisme dikemukakan pula oleh Dr. Bernard Rimland dari Autism Research Institution San Diego, yang berbicara ke Senat AS tentang hal ini. Hasil analisis mineral rambut anak penderita autisme menunjukkan kadar Pb dan Hg yang tinggi.

Siapa saja yang bisa menjadi penyandang Autisme

Dikatakan bahwa anak laki-laki lebih mudah mendapat gangguan fungsi otak, namun anak perempuan penyandang autisme biasanya mempunyai gejala yang lebih berat. Selain itu, pada tes inteligensi hasilnya lebih rendah dibanding anak laki-laki.
Semula diduga penyandang autisme berasal dari keluarga dengan tingkat inteligensi dan sosio-ekonomi yang tinggi. Namun, dari penelitian terakhir, autisme ditemukan pada keluarga dengan berbagai tingkat sosio-ekonomi dan inteligensi. Hal itu mencerminkan telah semakin meluasnya pengetahuan tentang autisme di kalaangan profesional, terutama tenaga medis maupun masyarakat, dan semakin meningkatnya kemudahan untuk mencari pertolongan. Dengan demikian, gangguan ini menjadi lebih mudah dan lebih sering terdeteksi dibanding masa sebelumnya.

Ciri - Ciri Autis

Gangguan ini merupakan salah satu dari kelompok gangguan perkembangan pervasif yang paling dikenal dan mempunyai ciri khas:
• Adanya gangguan yang menetap pada interaksi sosial, komunikasi yang menyimpang,dan pola tingkah laku yang terbatas serta stereotip.
• Fungsi yang abnormal ini biasanya telah muncul sebelum usia 3 tahun.
• Lebih dari dua per tiga mempunyai fungsi di bawah rata-rata.

Perkenalan Autis

Saat ini, masalah autisme menimbulkan keprihatinan yang mendalam, terutama dari orangtuanya. Selain itu, rasa khawatir timbul pada ibu-ibu muda yang akan melahirkan. Autisme dapat terjadi pada siapa saja. Tidak ada perbedaan status sosial-ekonomi, pendidikan, golongan etnik, atau bangsa. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Autisme atau biasa disebut ASD (Autistic Spectrum Disorder) merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang komplex dan sangat bervariasi (spektrum). Biasanya gangguan perkembangan ini meliputi cara berkomunikasi, ber-interaksi sosial dan kemampuan ber-imajinasi.
Menurut Ginanjar (2001), autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak, sehingga mengakibatkan gangguan pada perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan sosialisasi, sensoris, dan belajar. Biasanya, gejala sudah mulai tampak pada anak berusia di bawah 3 tahun.
Sedangkan menurut Widyawati (1997), gangguan autistik atau autisme juga sering disebut autisme infantil.