26 Oktober 2009

Mental Anak yang di Tinggal oleh Ibunya untuk Selamanya

Bagaimanakah rasanya kehilangan orangtua yang kita sayangi yang pergi dengan cara tiba-tiba, pasti kita akan merasa sangat kehilangan dan sangat terpukul dengan keadaan yang membuat kita menjadi tidak siap untuk menerima semua keadaan semua itu.

Saya mempunyai teman yang baru saja kehilangan orangtuanya yang meningggalkannya untuk selamanya, ia adalah DN ( 19 tahun ) yang sekarang masih menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta di Jakarta. Ia adalah anak kedua dari dua bersaudara dan ia adalah satu- satunya anak laki-laki yang akan meneruskan dan akan memjadi tulang punggung bagi keluarganya nanti.

DN di tinggal oleh ibunya sejak ia kuliah pada semester 2 yang lebih tepatnya adalah tanggal 20 maret 2009 pada hari jumat. Ibunya menderita sakit yang amatlah ganas jenis penyakitnya yaitu kanker payudara yang sudah bersemayam di dalam tubuh ibunya sekitar 1 tahun terakhir. Pada bulan maret mungkin adalah puncak dari kanker itu bersemayam, pada bulan ini juga ibu DN meninggalkan dunia dan DN serta keluarga yang di sayanginya. Ibunya di bawa ke kampung halamannya untuk di makam kan disana karena saudara dari ibunya banyak yang tinggal disana.
Perasaan DN saat itu sangat lah hancur lebur, berantakan tidak karuan karena di tinggal oleh orang yang paling ia sayangi. Rasa sedih, marah , kecewa, menyesal, dan rasa bersalah telah bercampur aduk menjadi satu dalam batin DN. DN merasa dirinya sudah tidak di butuh kan lagi di dunia ini, ia merasa tidak berguna untuk orang yang ia sayangi karena tidak bias menjaga dan merawat ibunya saat itu. DN sangat menyesal karena banyak hal yang belum ia lakukan untuk ibu tersayangnya itu misalnya membahagiakan orangtuanya dan belum bias membalas semua kebaikan dari orangtuanya yang telah merawat dan menyayanginya dari bayi sampai dewasa.

Sebenarnya DN sangat lah tertekan dengan keadaan yang sedang ia jalani sekarang, terkadang ia ingin menangis ketika mengingat almarhum ibunya, terkadang ia juga menyembunyikan perasaan tertekannya dengan bertemu dengan teman- temannya bercanda gurau dan tertawa. Tapi itu hanyalah bersifat sementara dan tidak akan merubah rasa kehilangannya.

Satu-satunya harapan ia saat ini adalah menjadi orang yang sukses dan berhasil karena itu adalah amanat dari ibu yang ia sayangi, mewujudkan keinginan ibunya adalah salah satu tekad yang sangat mulia karena itu merupakan kebaikan yang berguna untuk ia dan orang lain di kemudian hari.

Kesimpulan :
Mental DN sangatlah diuji karena dengan kejadian ini ia menjadi seorang yang sangat pendiam, kadang suka menyendiri dan terkadang menjadi pribadi yang sangat sensitive, mungkin karena kejadian ini baru dialaminya dan mungkin ia belum siap untuk menerima semua yang telah terjadi.
Obyek : DN ( 19 tahun )

6 komentar:

Anonim mengatakan...

iii nani keren banget.
pengalaman ato wawancara?
hehehhh

Anonim mengatakan...

iii nani keren banget..

yg banyak lagi y artikelny.
d tunggu lho"

jangan lupa tugas kes- men!!

Naniie mengatakan...

wahhh, wawancara nggun...
makacihh yua...
temen gw yang pna masalah n ngerasa terpuruk buanget stalah k ilangn nykp na..

regian anamah mengatakan...

artikelnya menarik ..
smga harapan DN terkabul ..
jgn lupa Support dy iaa,nani

egi mengatakan...

artikelnya menarik ..
smga harapan DN trkabul ..amien
jgn lupa support dy iaa,nani ..dkungan tmn brti bggt loohh

Naniie mengatakan...

iaaa giii pastiiii...